Rabu, 30 Juli 2008

HAKIKAT CINTA

Membahas masalah cinta tidak akan ada habisnya, mulai zaman dahulu sampai sekarang orang-orang tidak bosan-bosannya membahas cinta, ada yang mengungkannya lewat ekspresi bahasa tubuh, ada juga menggubah bait-bait lagu untuk mengungkapkannya. Cinta sering membuat orang bingung, datangnya tak diundang pulangnya tak disangka-sangka, itulah cinta sesuatu yang misterius, tapi tahukah anda apa itu cinta? Bagaimana islam menyikapinya?
DEFINISI CINTA
Qodli Iyadl dalam kitabnya asy-Syifa’ mengatakan bahwa terjadi silang pendapat antar ulama tentang arti cinta yang dalam bahasa arab biasa disebut ”Al-hubb”, hal itu disebabkan karena mereka memandangnya dari sudut yang berbeda, yang kebanyakan merujuk pada imbasnya bukan pada hakekatnya.
Sedangkan hakekat arti cinta adalah kecenderungan hati terhadap sesuatu yang dicintai.
Agama Islam adalah agama fitrah yang sangat menghargai terhadap fitrah manusia, salah satunya adalah rasa cinta yang timbul di hati manusia, karena perasaan itu timbul bukan karena kemauannya, tapi lebih banyak disebabkan oleh hal-hal yang tak terduga, meskipun demikian islam tetap mengarahkan serta mengatur perasaan itu sesuai dengan fitrah manusia, jadi apabila ada seorang laki laki mencintai seorang wanita atau sebaliknya maka hal itu adalah sesuatu yang wajar dan ditolelir oleh islam, tetapi kewajaran itu akan berubah menjadi kemurkaan bila terjadi kesalahan dalam mengaplikasikan perasaan itu, oleh karena itulah islam menganjurkan pernikahan dan melarang perzinaan beserta faktor-faktornya, meskipun keduanya berangkat dari perasaan yang sama yaitu cinta, akan tetapi nikah lebih sesuai dengan fitrah manusia yang dikaruniai akal sebagai sarana untuk melestarikan keturunan, adapun zina yang hanya bertujuan memuaskan hawa nafsu lebih cocok bagi mahluk yang tak berakal.
Kalau kita cermati definisi cinta yang telah disebutkan di atas, maka kita akan menemukan keluasan arti cinta yang tidak hanya berhubungan dengan perasaan antar manusia yang berlawan jenis, lebih dari itu cinta adalah kecenderungan terhadap suatu apapun, manusia ataupun bukan.

PEMBAGIAN CINTA

Meskipun arti cinta terkesan begitu luas, tapi sejatinya bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok.

1. Hubbul Kholiq (cinta terhadap sang pencipta).

Mencintai Allah SWT, dzat yang menciptakan alam semesta adalah cinta suci nan agung yang menjadi pangkal dari segala cinta, karena kecintaan yang tidak didasari cinta terhadap Allah akan sirna dan sia sia, sebagaimana firman Allah:
”Orang-orang yang saling mencintai pada hari qiyamat saling bermusuhan, kecuali orang-orang yang bertaqwa”. Hal itu disebabkan karena cinta mereka berorientasi pada hawa nafsu belaka, bukan karena Allah SWT, berbeda denga orang-orang yang bertaqwa, cinta mereka abadi sampai hari qiyamat, karena mereka tidak mencintai sesuatu kecuali karena Allah SWT, dalam sebuah hadits disebutkan bahwa termasuk tujuh golongan yang mendapat naungan Arsy pada hari Qiyamat adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah.
Adapun mencintai Alloh SWT adalah wajib hukumnya, tentang hal ini Fudloil bin Iyadl berkata: ”Apabila engkau ditanya, ”Cintakah engkau terhadap Allah?” maka diamlah!, sebab jika engkau menjawab ”Tidak” maka kafirlah engkau, dan jika menjawab ”Iya” maka engkau berbohong, sebab engkau bukan termasuk orang yang mencintai Allah”, menanggapi pertanyaan semacam ini kita dituntut untuk diam, tidak menjawab atau kalau memang terpaksa menjawabnya, kita harus memberikan jawaban yang bijak yaitu dengan berucap ”Kami berusaha mencintai Allah”.
Kecintaan terhadap Allah tidak cukap hanya diungkapkan dengan kata-kata, tapi harus dibuktikan dengan kepatuhan terhadap aturan-aturannya yang dibawa oleh utusannya, firman Alloh:
”Katakanlah (wahai Rosulullah)! Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian”.

2.Hubbul kholqi (cinta terhadap mahluk Allah).

Di samping mencintai Allah, sang pencipta, kita juga harus mencintai ciptaannya, karena cinta terhadap Allah berarti cinta terhadap ciptaannya, meskipun demikian tidak semua mahluk Allah wajib dicintai, ada sebagian mahluk yang tidak boleh dicintai bahkan wajib dimusuhi, yaitu orang-orang kafir yang mengingkari status ketuhanan Allah, mereka menyekutukan Allah atau bahkan tidak menuhankanNya. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:
”Wahai orang-orang beriman, perangilah orang-orang kafir di sekitar kamu, dan hendaknya mereka merasakan kekerasan darimu, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa”
Meskipun telah disebutkan di atas bahwa semua mahluk Allah (selain orang-orang kafir) wajib dicintai, akan tetapi tingkat kecintaan terhadap mereka tidaklah sama, dari sekian banyak mahlukNya yang paling berhak dan wajib dicintai adalah Rosululloh SAW, karena mencintai beliau berarti mencintai Allah, diterangkan di dalam suatu hadist bahwa termasuk kesempurnaan iman adalah mencintai Rosululloh SAW melebihi kecintaan terhadap diri kita, keluarga dan seluruh manusia.

TANDA-TANDA KECINTAAN.
1.Menjadikan sang kekasih sebagai suri tauladan.
Cinta tak akan sempurna apabila hanya diutarakan dengan kata-kata, lebih dari itu cinta memerlukan bukti kongkrit, pecinta sejati adalah orang yang menjadikan sang kekasih sebagai panutan pada semua aspek kehidupannya, Rosululloh SAW bersabda:
”Barang siapa yang menghidupkan sunnahku maka sunguh ia benar-benar mencintaiku, dan barang siapa mencintaiku maka ia akan bersamaku di Surga”
Tegasnya, orang yang mencintai Rosululloh SAW adalah orang yang menjadikan beliau sebagai suri tauladan, bukan hanya yang berhubungan dengan ibadahnya, tapi meliputi seluruh aktifitasnya.

2.Sering menyebut sang kekasih serta mengagungkannya.

Termasuk bukti kecintaan adalah sering menyebut nama orang yang dicintai, semakin sering menyebutnya menandakan semakin kuat cintanya, disebutkan dalam suatu hadis :
”Barang siapa mencintai sesuatu maka ia sering menyebutnya”
Jadi orang yang mengaku cinta terhadap Rosululloh SAW, tapi tidak pernah menyebut beliau maka perlu dipertanyakan cintanya, sebaliknya orang yang sering menyebut beliau dengan memperbanyak sholawat akan berkumpul dengan beliau di surga, kerena ia telah membuktikan


cintanya dengan memperbanyak sholawat, sabda Rosululloh SAW:
”Seseorang akan dikumpulkan beserta orang yang dicintai”.

3.Mencintai orang yang dicintai sang kekasih serta membenci orang yang dibencinya.

Mencintai sesuatu berarti mencintai segala hal yang berhubungan dengannya, cinta terhadap Rosululloh SAW berarti cinta terhadap semua orang yang beliau cintai, yaitu para shahabat, keluarga dan para penerus beliau yaitu para ulama’ yang mengamalkan ilmunya, dengan demikian orang-orang syi’ah yang mengaku cinta terhadap Rosululloh SAW, tapi menghujat dan memaki para shahabat adalah penbohong besar, karena cinta Rosululloh SAW berarti cinta terhadap orang-orang yang beliau cintai, termasuk di dalamnya adalah para shahabat, sebagaimana sabda beliau :
”Takutlah kepada Alloh! takutlah kepada Alloh! takutlah kepada Alloh berkenaan dengan shahabatku! Janganlah kalian jadikan mereka sasaran (makian) setelah wafatku! Maka barang siapa mencintai mereka maka sebab kecintaanku aku mencintainya, dan barang siapa membenci mereka maka sebab kebencianku aku membencinya, dan barang siapa menyakiti mereka maka sungguh ia telah menyakitiku, dan barang siapa menyakitiku maka sungguh ia telah menyakiti Alloh, dan barang siapa menyakiti Alloh maka hampir saja Alloh menyiksanya”.
PENUTUP.
Dengan keterangan di atas kita bisa mengukur sebatas mana kecintaan kita terhadap Alloh SWT dan RosulNYA, akhirnya kita berharap dan berusaha mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang mencintai dan dicintai oleh Alloh dan RosulNYA. Amiiin!!!

Minggu, 27 Juli 2008

TIDAK MENGERTI MAKA TAK SAYANG

Sesungguhnya perbedaan antara maqom Kholiq (Allah) dan makhluk (selain Allah) adalah batas yang memisah antara kekufuran dan keimanan dan kita beri’tikad, sesungguhnya orang yang mencampur adukkan antara 2 maqom maka ia benar-benar kufur, wal iyaadzu billah.

Dan tiap-tiap maqom memiliki haq-haq khusus,

tetapi di sini ada beberapa perkara yang mana perkara itu tersebut di bab ini.
Terkhusus perkara yang berhubungan dengan kanjeng nabi Muhammad dan kekhususan beliau yang membedakan dengan manusia lain, juga keluhuran beliau di atas yang lain. Perkara ini kadang-kadang membikin bimbang sebagian manusia dikarenakan pendeknya akal, lemahnya pikiran, sempitnya pandangan serta jeleknya pandangan mereka. Maka mereka pun cepat-cepat menghukumi kufur terhadap orang yang mengistimewakan dan meluhurkan nabi Muhammad. Mereka menghukumi orang tersebut telah keluar dari islam karena menduga orang itu telah mencampur adukkan antara maqom kholiq (Allah) dengan maqom makhluk, mreka beranggapan orang itu telah mengangkat maqom nabi ke maqom ketuhanan. Kita cuci tangan kepada Allah yang maha suci atas hal itu.
Sesungguhnya kita, atas anugerah Allah ta’ala diberi mengerti perkara-perkara yang wajib bagi Allah ta’ala serta perkara yang wajib bagi Rosulullah dan kita mengerti perkara yang murni haqnya Allah dan perkara yang murni haqnya Rosulullah dengan tanpa melewati batas dan tidak memuji sampai batas mensifatinya dengan sifat-sifat khusus Rububiyyah dan uluhiyyah (sifat ketuhanan) di dalam olehnya mencegah sesuatu, memberi sesuatu, memberi manfaat dan bahaya secara merdeka (tanpa idzin/bantuan dari Allah) memiliki kekuasaan yang sempurna, keadaan yang mencakup, penciptaan, kekuasaan, pengatur serta tunggal dalam kesempurnaan dan keagungan, suci, dan satu-satunya yang disembah dengan berabagi macam keadaan dan tingkatan ibadah.
Adapun pol (dengan syarat tanpa melewati batas di atas, pen) dalam mencintai Rosulullah, taat dan berikatan dengan beliau, dalam hal ini (bahkan) disenangi dan dituntut, sebagaimana yang tersebut di dalam hadits “Janganlah kamu memujiku sebagaimana orang-orang Nasrani memuji ibnu Maryam (Nabi Isa).
Ma’na hadits di atas, sesungguhnya memuji dan pol dalam menyanjung kepada Rosulullah adalah terpuji, asalkan dengan selain sifat di atas (menganggap sebagai Tuhan atau bersifatkan sifat yang khusus bagi Tuhan). Seandainya ma’nanya hadits tidak begitu, maka arti dari hadits di atas adalah tidak boleh memuji dan menyanjung beliau sama sekali dan maklum, bahwa paling bodoh-bodohnya orang bodah di antara kaum muslimin pun tidak akan berkata seperti ini (tidak boleh memuji Rosulullah sama sekali). Sesungguhnya Allah ta’ala mengagungkan nabi Muhammad di dalam Al-Alqur’an dengan tingginya berbagai macam pengagungan, maka wajib bagi kita mengagungkan seseorang yang telah diagungkan oleh Allah ta’ala dan memerintah untuk mngagungkan beliau, tetapi wajib bagi kita untuk tidak mensifatinya dengan sifat Rububiyyah (sifat ketuhanan).
Semoga Allah merohmati Imam Bushiri yang berkata :
“Tinggalkan apa yang telah diakui oleh orang Nasrani terhadap Nabinya dan pujilah Nabi Muhammad dengan pujian apa saja,” (selama tidak menganggap sebagai Tuhan, pen). Maka mengagungkan beliau selain dengan sifat Rububiyyah (khusus Tuhan) bukan termasuk kekufuran atau syirik bahkan perbuatan semacam itu termasuk paling agung-agungnya ta’at dan ibadah.
Begitu juga tiap-tiap orang yang diagungkan oleh Allah (wajib kita agungkan, pen) seperti para Nabi, para Rosul, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah bagi mereka semua, seperti juga para malaikat, siddiqin, syuhada’, orang-orang sholih. Allah berfirman yang artinya : “Demikianlah (perintah Allah) dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati” (QS Al-Hijr ayat 32)
““Demikianlah (perintah Allah) dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya.”
Begitu juga Ka’bah yang diagungkan, Hajar Aswad, Maqom Ibrohim alaihis salam, sesungguhnya barang tersebut hanyalah batu-batu dan kita diperintah oleh Allah untuk menghoramatinya dengan thowaf mengelilingi Ka’bah, menyentuh rukun Yamani, mencium Hajar Aswad, sholat di belakang maqom Ibrahim, wuquf untuk do’a di Mustajar, do’a di pintu Ka’bah dan Multazam dan kita semua masing-masing tidak menyembah kecuali kepada Allah, dan kita tidak beri’tikad adanya pengaruh, manfaat, bahaya selain dari Allah, maka tidak ada sesuatu/seseorang pun yang memiliki perkara di atas kecuali hal itu dari Allah. Wallahu a’lam bisshowab

Refreshing
KALAH CEPAT

Suatu hari Rosulullah bercerita di hadapan sahabat-sahabatnya bahwa beliau ditampilkan oleh Allah para nabi terdahulu beserta pengikut-pengikutnya dan umatnya, Rosulullah pun bertanya : “Ya Allah umatku mana?”
dan dijawab
“Lihatlah kananmu !” Rosulullah pun melihat ke arah kanan, tiba-tiba sekumpulan wajah manusia telah memenuhi bukit-bukit, Rosulullah pun bertanya :
“Ya Allah, siapa orang-orang itu?” “Umatmu, apakah kamu puas?”
“Ya”
“(Sekarang) lihat sebelah kirimu!” Rosulullah pun melihat ke arah kiri, tiba-tiba bukit telah terpenuhi oleh wajah-wajah manusia
“Ya Allah, siapakah orang-orang itu?” “Umatmu, apakah kamu puas?”
“Iya, ya Allah, saya benar-benar puas” “Sesungguhnya di antara orang-orang itu ada tujuh puluh ribu orang yang masuk syurga tanpa hisab”.
Dengan secepat kilat sahabat Ukasyah yang mendengar cerita Rosulullah tersebut menyahut,
“Ya Rosulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikan aku termasuk dari mereka”, Rosulullah pun berdo’a : “Ya Allah jadikanlah dia (Ukasyah) termasuk dari mereka”, secepat kilat pula seorang sahabat yang lain pun berkata :
“Ya Rosulullah, berdo’alah kepada Allah agar menjadikan aku termasuk dari mereka” Rosulullah pun bersabda “Ukasyah telah mendahuluimu

Kamis, 17 Juli 2008

Refleksi Isra' Mi’raj Rasulullah SAW

RASULULLAH Saw Mengalami Pembedahan dada / perut, dilakukan oleh jibril, mika`il dan satu malaikat yang lain. Hati baginda saw dicuci dengan air zamzam, dibuang ketul hitam ('alaqah) yaitu tempat syaitan membisikkan waswasnya. Kemudian dituangkan hikmat, ilmu, dan iman.ke dalam dada Rasulullah saw. Selesai pembedahan, didatangkan bintang
Buraq untuk ditunggangi oleh Rasulullah dalam perjalanan luar biasa yang dinamakan "Isro'. "Isro' (Perjalanan dari Masjidil-Haram ke Masdil-Aqsha):
Sepanjang perjalanan (Isro') itu Rasulullah saw diiringi (ditemani) oleh Jibril a.s dan Israfil a.s. Tiba di tempat-tempat tertentu (tempat- tempat yang mulia dan bersejarah), Rasulullah diarah oleh Jibril supaya berhenti dan bersembahyang dua rakaat. Antara tempat- tempat berkenaan ialah: Madyan dan Tursina, yaitu tempat nabi Musa as berbicara (munajat) dengan Allah; Baitul-Laham (tempat nabi 'Isa a.s dilahirkan).
Dalam perjalanan itu juga baginda Rasulullah saw menghadapi gangguan jin 'Ifrit dengan api jamung dan dapat menyaksikan peristiwa-peristiwa simbolik yang amat ajaib. Antaranya :Kaum yang sedang bertanam dan terus menuai hasil tanaman mereka. apabila dituai, hasil (buah) yang baru keluar semula seolah- olah belum lagi dituai. Hal ini berlaku berulang-ulang. Raslulullah saw dibertahu oleh Jibril : Itulah kaum yang berjihad fisabilillah yang digandakan pahala kebajikan sebanyak 700 kali ganda bahkan sehingga gandaan yang lebih banyak. Tempat yang berbau harum. Rasulullah saw diberitahu oleh jibril : Itulah bau kubur Masyitah (tukang sisir rambut anak Fir'aun) bersama suaminya dan anak-anak-nya (termasuk bayi yang dapat bercakap untuk menguatkan iman ibunya) yang dibunuh oleh Fir'aun kerana tetap teguh beriman kepada Allah (tak mahu mengakui Fir'aun sebagai tuhan).
Sekumpulan orang yang sedang memecahkan kepala mereka. Setiap kali dipecahkan, kepala mereka sembuh kembali, lalu dipecahkan pula. Demikian dilakukan berkali-kali. Jibril meberitahu Rasulullah : Itulah orang-orang yang berat kepala mereka untuk sujud (sembahyang). Sekumpulan orang yang hanya menutup kemaluan mereka (qubul dan dubur) dengan secebis kain. Mereka dihalau separti binatang ternakan. Mereka makan bara api dan batu neraka jahannam. Kata Jibril : Itulah orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat harta mereka. Satu kaum, lelaki dan perempuan, yang memakan daging mentah yang busuk sedangkan daging masak ada di sisi mereka. Kata Jibril: Itulah lelaki dan perempuan yang melakukan zina sedangkan lelaki dan perempuan itu masing-masing mempunyai isteri / suami. Lelaki yang berenang dalam sungai darah dan dilontarkan batu. Kata Jibril : Itulah orang yang makan riba`. Lelaki yang menghimpun seberkas kayu dan dia tak terdaya memikulnya, tapi ditambah lagi kayu yang lain. Kata Jibril : Itulah orang tak dapat menunaikan amanah tetapi masih menerima amanah yang lain. Satu kaum yang sedang menggunting lidah dan bibir mereka dengan penggunting besi berkali-kali. Setiap kali digunting, lidah dan bibir mereka kembali separti biasa. Kata Jibril: Itulah orang yang membuat fitnah dan mengatakan sesuatu yang dia sendiri tidak melakukannya. Kaum yang mencakar muka dan dada mereka dengan kuku tembaga mereka. Kata Jibril: Itulah orang yang memakan daging manusia (mengumpat) dan menjatuhkan maruah (mencela, menghinakan) orang. Seekor lembu jantan yang besar keluar dari lubang yang sempit. Tak dapat dimasukinya semula lubang itu. Kata Jibril : Itulah orang yang bercakap besar (Takabbur). Kemudian menyesal, tapi sudah terlambat. Seorang perempuan dengan dulang yang penuh dengan pelbagai perhiasan. Rasulullah tidak memperdulikannya. Kata Jibril : Itulah dunia. Jika Rasulullah memberi perhatiankepadanya, nescaya umat Islam akan mengutamakan dunia daripada akhirat. Seorang perempuan tua duduk di tengah jalan dan menyuruh Rasulullah berhenti. Rasulullah saw tidak menghiraukannya. Kata Jibril: Itulah orang yang mensesiakan umurnya sampai ke tua.
Tiba di masjid al-Aqsha, Rasulullah turun dari buraq. Kemudian masuk ke dalam masjid dan mengimamkan sembahyang dua rakaat dengan segala anbia` dan mursalin menjadi ma`mum. Rasulullah saw terasa dahaga, lalu dibawa Jibril dua bejana yang berisi arak dan susu. Rasulullah memilih susu lalu diminumnya. Kata Jibril: Baginda membuat pilhan yang betul. Jika arak itu dipilih, nescaya ramai umat baginda akan menjadi sesat. Mi'roj (Naik ke Hadhratul-Qudus Menemui Allah): Didatangkan mi'raj (tangga) yang indah dari syurga. Rasulullah saw dan Jibril a.s. naik ke atas tangga pertama lalu terangkat ke pintu langit dunia (pintu Hafzhah).
Langit Pertama: Rasulullah saw dan Jibril masuk ke langit pertama, lalu berjumpa dengan nabi Adam a.s. Kemudian dapat melihat orang-orang yang makan riba` dan harta anak yatim dan melihat orang berzina yang rupa dan kelakuan mereka sangat huduh dan buruk. Penzina lelaki bergantung pada susu penzina perempuan. Langit Kedua:
Nabi saw dan Jibril naik tangga langit yang kedua, lalu masuk dan bertemu dengan nabi 'Isa a.s dan nabi Yahya a.s.
Langit Ketiga: Naik langit ketiga. Bertemu dengan nabi Yusuf a.s. Langit Keempat: Naik tangga langit keempat. Bertemu dengan nabi Idris a.s. Langit Kelima: Naik tangga langit kelima. Bertemu dengan nabi Harun a.s yang dikelilingi oleh kaumnya Bani Israil. Langit Keenam: Naik tangga langit keenam. Bertemu dengan nabi-nabi. Seterusnya dengan nabi Musa a.s. Rasulullah mengangkat kepala (disuruh oleh Jibril) lalu dapat melihat umat baginda sendiri yang ramai, termasuk 70,000 orang yang masuk syurga tanpa hisab. Langit Ketujuh: Naik tangga langit ketujuh dan masuk langit ketujuh lalu bertemu dengan nabi Ibrahim Khlilullah yang sedang bersandar di Baitul- Ma'mur dihadapi oleh beberapa kaumnya. Kepada Rasulullah saw, nabi Ibrahim a.s. bersabda, "Engkau akan berjumpa dengan Allah pada malam ini. Umatmu adalah akhir umat dan terlalu dha'if, maka berdoalah untuk umatmu. Suruhlah umatmu menanam tanaman syurga yaitu LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH". Mengikut riwayat lain, nabi Irahim a.s bersabda, "Sampaikan salamku kepada umahmu dan beritahu mereka, syurga itu baik tanahnya, tawar airnya dan tanaman- ya ialah lima kalimah, yaitu: SUBHANALLAH, WAL-HAMDULILLAH, WA LA ILAHA ILLALLAH ALLAHU AKBAR dan WA LA HAULA WA LA QUWWATA ILLA BILLAHIL- 'ALIYYIL-'AZHIM. Bagi orang yang membaca setiap kalimah ini akan ditanamkan sepohon pokok dalam syurga".
Setelah melihat beberpa peristiwa lain yang ajaib. Rasulullah dan Jibril masuk ke dalam Baitul-Makmur dan sholat. (Baitul- Makmur ini betul-betul di atas Baitullah di Mekah).
Tangga Kedelapan: Di sinilah disebut "al-Kursi" yang berbetulan dengan dahan pokok Sidratul-Muntaha. Rasulullah s.a.w menyaksikan pelbagai keajaiban pada pokok itu : Sungai air yang tak berubah, sungai susu, sungai arak dan sungai madu lebah. Buah, daun-daun, batang dan dahannya berubah-ubah warna dan bertukar menjadi permata- permata yang indah. Unggas-unggas emas berterbangan. Semua keindahan itu tak terperi oleh manusia. Baginda Rasulullah s.a.w dapat menyaksikan pula sungai al-Kautsar yang terus masuk ke syurga. Seterusnya baginda masuk ke syurga dan melihat neraka berserta dengan Malik penunggunya. Tangga Kesembilan: Di sini berbetulan dengan pucuk pokok Sidratul-Muntaha. Rasulullah s.a.w masuk di dalam nur dan naik ke Mustawa dan Sharirul-Aqlam. Lalu dapat melihat seorang lelaki yang ghaib di dalam nur 'Arasy, yaitu lelaki di dunia yang lidahnya sering basah berzikir, hatinya tertumpu penuh kepada masjid dan tidak memaki ibu bapanya. Tangga Kesepuluh: Baginda Rasulullah sampai di Hadhratul-Qudus dan Hadhrat Rabbul- Arbab lalu dapat menyaksikan Allah Subhanahu wa Taala dengan mata kepalanya, lantas sujud. Kemudian berlakulah dialog antara Allah dan Muhammad, Rasul- Nya:
Allah S.W.T: Ya Muhammad. Rasulullah : Labbaika. Allah S.W.T Angkatlah kepalamu dan bermohonlah, Kami perkenankan. Rasulullah Ya, Rabb. Engkau telah ambil Ibrahim sebagai Khalil dan Engkau berikan dia kerajaan yang besar. Engkau berkata-kata dengan Musa. Engkau berikan Dawud kerajaan yang besar dan dapat melembutkan besi. Engkau kurniakan kerajaan kepada Sulaiman yang tidak Engkau kurniakan kepada sesiapa pun dan memudahkan Sulaiman menguasai jin, manusia, syaitan dan angin. Engkau ajarkan 'Isa Taurat dan Injil. Dengan izin-Mu, dia dapat menyembuhkan orang buta, orang sufaq dan menghidupkan orang mati. Engkau lindungi dia dan ibunya daripada syaitan.
Allah S.W.T: Aku ambilmu sebagai kekasih. Aku perkenankanmu sebagai penyampai berita gembiran dan amaran kepada umatmu. Aku buka dadamu dan buangkan dosamu. Aku jadikan umatmu sebaik-baik umat. Aku beri keutamaan dan keistimewaan kepadamu pada hari qiamat. Aku kurniakan tujuh ayat (surah al-Fatihah) yang tidak aku kurniakan kepada sesiapa sebelummu. Aku berikanmu ayat-ayat di akhir surah al-Baqarah sebagai suatu perbendaharaan di bawah 'Arasy. Aku berikan habuan daripada kelebihan Islam, hijrah, sedekah dan amar makruf dan nahi munkar. Aku kurniakanmu panji- panji Liwa-ul-hamd, maka Adam dan semua yang lainnya di bawah panji-panjimu. Dan Aku fardhukan atasmu dan umatmu lima puluh (waktu) sembahyang.
Selesai munajat, Rasulullah s.a.w di bawa menemui nabi Ibrahim a.s kemudian nabi Musa a.s. Nabi Musa a.s. menyuruh Rasulullah s.a.w merayu kepada Allah S.W.T agar diberi keringanan, mengurangkan jumlah waktu sembahyang itu. Selepas sembilan kali merayu, (setiap kali dikurangkan lima waktu), akhirnya Allah perkenan memfardhukan sembahyang lima waktu sehari semalam dengan mengekalkan nilainya sebanyak 50 waktu juga.
Selepas Mi'roj: Rasulullah a.s turun ke langit dunia semula. Seterusnya turun ke Baitul-Maqdis. Lalu menunggang buraq perjalanan pulang ke Mekah pada malam yang sama. Dalam perjalanan ini bagina bertemu dengan beberapa peristiwa yang kemudiannya menjadi saksi (bukti) peistiwa Isro'-Mi'roj yang amat ajaib itu (Daripada satu riwayat peristiwa itu berlaku pada malam Isnin, 27 Rajab, kira-kira 18 bulan sebelum hijrah). Wallahu a'lam.

[Ringkasan dengan bahasa modern dari kisah Isro' Mi'roj dalam kitab Jam'ul-Fawaa`id]

Isro' dan Mi'roj
Salah satu peristiwa besar dalam sejarah Islam terjadi dalam bulan Rajab, yaitu mukjizat Isro' dan Mi'roj yang berlaku pada 27 Rajab. Firman Allah SWT dalam al-Isro', ayat 1 bermaksud :

"Maha Suci Allah yang menjalankan hambanya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram (di Makkah) ke Masjidil Aqsa (di Palestin) yang Kami berkati sekelilingnya untuk memperlihatkan kepadanya tanda-tanda (kekuasaan dan kebesaran) Kami. Sesungguhnya, Allah jualah yang amat mendengar lagi maha mengetahui."
Berdasarkan ayat itu, ulama sependapat bahawa Isro' dan Mi'roj terjadi terhadap Rasulullah SAW adalah dengan roh dan jasad walaupun ada mendakwa kejadian itu berlaku dengan roh saja. Isro' berarti berjalan di malam hari dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestin. Mi'roj pula berarti diangkat ke alam ghaib melalui langit yang berlapis-lapis dengan keizinan Allah SWT.
Perjalanan Isro' berarti berjalan di malam hari dari Masjidil Haram (di Makkah) ke Masjidil Aqsa (di Palestin). Ketika Rasulullah SAW diIsro'kan pada malam itu, baginda terlebih dahulu mengalami penbedahan dada, dilakukan oleh Malaikat Jibril dengan mengeluarkan segala kotoran dan diisi dengan iman dan hikmah, kemudian dibersihkan hati baginda dengan air zamzam dan dkembalikan semula.
Dengan kendaraan dinamakan 'Buraq', Rasulullah ke Baitulmaqdis dan di Masjidil Aqsa, Rasulullah mengerjakan solat 2 rakaat sebelum Jibril menghidangkan dua jenis minuman khamar (khamr dalam bahasa Arab yang bermaksud sesuatu yang memabukkan, dalam konteks ni merujuk kepada air yg memabukkan) dan susu. Lantas Baginda memilih susu. Jibril berkata:
"Benar, engkau telah memilih air susu adalah lambang kesucian dan seandainya engkau mengambil minuman keras niscaya akan tersesatlah engkau dan umat engkau."
Ketika Mi'roj pula, Rasulullah menempuh perjalanan melalui tujuh lapis langit ditemani oleh Jibril. Langit pertama dimuliai oleh Adam, langit kedua Nabi Yahya dan Isa, langit ketiga Nabi Yusuf, langit keempat Nabi Idris, langit kelima Nabi Harun, langit keenam Nabi Musa dan langit ketujuh Nabi Ibrahim di Baitul Makmur. Malah ditempat lebih tinggi dari langit ketujuh itulah, Allah menyampaikan perintah mulia untuk Baginda dan umatnya,yaitu mengerjakan solat.Pada mulanya, perintah solat wajib itu menghendaki ia dilaksanakan 50 kali sehari semalam tetapi selepas nabi Musa menasihatkan Rasulullah supaya meminta dikurangkan kerana ia percaya umat Nabi Muhammad tidak akan berdaya melakukannya ,akhirnya mendapat keringanan Allah SWT untuk mengerjakan lima waktu solat saja. Selepas perintah solat itu, Rasulullah kembali kedunia dan tiba di Makkah ketika subuh. Begitulah perjalanan dari Makkah ke Palestin, kemudian naik kelangit dan lebih tinggi sebelum menerima perintah solat.
Peristiwa Isro' dan Mi'roj ini tidak akan dapat diyakini kebenarannya jika kita bersandar kepada fikiran sahaja, tetapi hendaklah diyakini berdasarkan iman dan pegangan kepada Islam serta kebenaran Rasul.Sesungguhnya, mukjizat Isro' dan Mi'roj memperlihatkan kekuasaan Allah SWT.

Terus Hadirilah…………!!!!
Pengajian Selosoan (Setiap Hari Selasa Pkl : 15. 30)
di Ma’had NURUL HAROMAIN yang di bimbing
oleh K.H. IKHYA’ ULUMIDDIN

Majalah Assuhuf di terbitkan oleh: Tim Annasroh Ma’had Nurul Haromain

Rabu, 09 Juli 2008

BAROKAH
Banyak orang yang salah memahami Hakikat/sejatinya Tabarruk ( Ngalap Berkah: Bhs Jawa) lewat kanjeng Nabi Muhammad SAW, peninggalannya, keluarganya, dan ahli warisnya (para ulama’, para wali Rodliyallohu anhum) dan mereka mensifati orang yang melakukan “Tabarrukan” dengan hukum syirik, sesat, begitulah kebiasaan mereka terhadap hal-hal yang mereka anggap baru, cara pandang mereka sempit, nalar dan pikiran mereka begitu pendek.
Sebelum kami menerangkan dalil –dalil dan syahid –syahid yang memperbolehkan “Tabarrukan” (Ngalap Barokah) -tidak hanya boleh bahkan hal
itu di syariatkan-, seyogyanyakita mengerti dulu bahwa tabarrukan itu
tidak lain hanya untuk mendekat / beribadah kepada Alloh lewat perantaraan sesuatu /orang yang kita cari barokahnya baik itu berupa peninggalan, tempat atau seseorang.
Adapun kita tabarrukan kepada seseorang adalah karena kita beri’tikad bahwa beliau itu orang yang dekat dengan Alloh, plus kita beri’tiqod bahwa dia itu Apes/tidak bisa mendatangkan kebaikan dan tidak bisa menolak kejelekan kecuali atas izin Alloh.
Sedangkan kalau kita tabarukan dengan peninggalan (Kanjeng Nabi, Para wali, orang –orang sholeh) karena peninggalan orang-orang tersebut jadi mulia ,jadi terhormat, jadi agung sebab disandarkan pada pemiliknya
Sedangkan kalau tempat ( aslinya semua itu sama ) tidak ada kelebihan satu dengan yang lain dilihat dari sejatinya namun yang menjadikan tempat itu jadi mulia adalah karena tempat itu dadalamnya diisi oleh kebaikan &kebajikan seperti sholat, puasa, dan berbagai macam ibadah yang lain , juga karena yang berada di tempat itu adalah hamba Allah yang sholih (maka tempat itu jadi mulia) karena di situlah turun berbagai rohmat, dihadiri banyak malaikat dan tempat itu diliputi sakinah (ketenangan). Inilah yang dinamakan barokah yang mana barokah itu kita minta dari Allah lewat tempat-tempat yang kita tuju tadi. Inilah barokah yang kita cari dari tempat-tempat itu dengan cara bermuwajahah (menghadap) kepada Allah, berdoa, beristighfar kepadanya dan mengingat kejadian besar dan mulia yang pernah terjadi di tempat itu yang bisa menggerakkan jiwa, membangkitkan cita-cita dan semangat sebagaimana orang-orang yang menempati tempat itu dulu yaitu orang-orng yang beruntung dan orang-orang yang sholih.

Simaklah Nash-nash (dalil-dalil) yang mengalir dari risalah kami yang khusus membahas tentang Barokah di bawah ini

Tabarruk Dengan Rambutnya Rosulullah

Diriwayatkan dari Ja’far bin Abdillah bin Hakam : dalam perang yarmuk (sahabat) Kholid bin Walid benar-benar kehilangan songkok (peci), (sahabat) Kholid bin Walid pun memerintahkan : “cari peci itu !” naming tentara (sahabat) Kholid bin Walid belum juga menemukannnya, (sahabat) Kholid bin Walid pun memrintahkan (sekali lagi) : “cari peci itu!” dan akhirnya peci itu berhasil ditemukan, ternyata peci itu adalah peci yang sudah lawas (tidak baru), (sahabat) Kholid bin Walid pun bercerita (kenapa beliau sampai menyuruh mencari peci usang itu sampai ketemu).
“(Ketika itu) Rosulullah sedang umroh kemudian beliau mencukur rambutnya, para sahabat pun berebutan untuk mengambil rambut bagian samping, sedang saya berhasil mendapatkan rambut bagian depan (ubun-ubun) yang saya letakkan di peci ini, maka saya tidak terjun dalam medan perang (dengan memakai peci yang ada rambutnya Rosulullah) kecuali saya diberi kemenangan.

Alhaitsami berkata : “hadits ini diriwayatkan oleh imam At-tobroni dan abu Ya’la (yang meriwayatkan serupa) dan rowi-rowinya kedua orang ini adalah rowi-rowi shohih.

Tabarruk Dengan Ludahnya Rosulullah

Diriwayatkan dari Malik bin Hamzah bin Abi Usaid As-sa’idy Al-khozroji yang meriwayatkan dari ayahnya dan ayahnya meriwayatkan dari ayahnya lagi (Kakeknya Malik bin Hamzah yakni Abi Usaid), beliau (Abi Usaid) memiliki sumur di Madinah yang diberi nama sumur Bidho’ah yang mana nabi Muhammad telah meludah dalam sumur tersebut. Beliau (Abi Usaid) meminum air sumur tersebut dan mnemandang sebagai tanda baik/mengambil barokah lewat sumur tersebut.

Tabarruk dengan Dahak Rosulullah dan Bekas air Wudlu’ beliau

Imam Bukhori berkata dengan sanad-sanadnya : Sesungguhnya Urwah telah menatap dengan mata kepalanya sendiri bagaimana keadaan sahabat nabi Sholla demi Allah Rosulullah tidak berdahak kecuali dahak tersebut jatuh di tangan salah satu dari mereka (sahabat) kemudian mereka pun menggosok-gosokkan dahak tersebut ke wajah mereka dan kulit-kulit mereka. Apabila mereka diperintah maka mereka langsung bergegas cepat melaksanakan perintah (Rosulullah) tersebut, apabila Rosulullah berwudlu’ mereka pun berebutan mengambil bekas air wudlu’ tersebut, apabila mereka berkata kepada Rosulullah, mereka memelankan suara, mereka sama sekali tidak berani memandang tajam kepada beliau karena olehnya mengagungkan beliau.

Urwah pun kembali ke bolo-bolonya dan berkataa (lantang), wahai kaum (kalian semua), demi Allah saya pernah jadi delegasi (utusan) ke raja-raja, saya pernah jadi delegasi ke raja Qoishor, Kisroh dan Najasi, demi Allah saya tidak pernah melihat sama sekali seorang bawahan menghormati rajanya sebagaimana hormatnya sahabat nabi Muhammad kepada Nabinya, Sholla demi Allah Rosulullah tidak berdahak kecuali dahak tersebut jatuh di tangan salah satu dari mereka (sahabat) kemudian mereka pun menggosok-gosokkan dahak tersebut ke wajah mereka dan kulit-kulit mereka. Apabila mereka diperintah maka mereka langsung bergegas cepat melaksanakan perintah (Rosulullah) tersebut, apabila Rosulullah berwudlu’ mereka pun berebutan mengambil bekas air wudlu’ tersebut, apabila mereka berkata kepada Rosulullah, mereka memelankan suara, mereka sama sekali tidak berani memandang tajam kepada beliau karena olehnya mengagungkan beliau.

Hadits ini diriwayatkan oleh (Imam) Bukhori dalam kitabus shurut fil jihad (Fathul bari 5/330).

Kita pun Wajib Belajar
Oleh : Habib Baqir Bin Yahya Al-Kaff

Di zaman yang kerusakan aqidah sulit untuk dibendung ini, kita mendapatkan generasi yang sudah mulai mudah dirongrong oleh keyakinan–keyakinan perusak aqidah yang telah diperjuangkan oleh ajaran salafussholih.
Dari sini kita perlu meneruskan apa yang telah diterapkan oleh salaf kita yang soleh, dengan cara membentengi diri kita terlebih dahulu. Tentunya cara pembentengan yang paling efektif di zaman ini adalah belajar ilmu agama yang menyelamatkan dari siksa api neraka, sebagaimana yang telah ketahui :
طََلََبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.

Namun kita juga sering mendengar gumaman orang muslim : “alaa…. belajar itu kewajiban anak – anak kita, adapun kita yang sudah tua ini, berdo’a sajalah : “mudah – mudahan mereka menjadi anak yang sholeh. sungguh perkataan ini tidak pantas terdengar dari seorang yang mengaku iman kepada Allah dan rosulnya.
Menuntut ilmu itu tidak memiliki batasan waktu karena agama islam ini luasnya melebihi lautan samudra.
اُُطْلُبوْا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ
Tuntutlah ilmu dari kau masih di timang sampai kau berada di tiang lahat !.
Anak –anak itu Merupakan tanggung jawab kita bersama. Tidak Cuma sekedar memasukkan mereka ke dalam sekolah kemudian mengabaikannya, karena ketika mereka pulang maka ayah dan ibunya lah yang menjadi sekolah baginya, meskipun tanpa ada kurikulum yang diberikan oleh orang tua.
Maka sungguh telah benar perkataan :(الأُمُّ مَدْرَسَةُ الأُوْلَى) ibu merupakan sekolah yang pertama. Maka perlu bagi sang ibu yang baik untuk membekali dirinya agar menjadi panutan yang terbaik bagi sang anak, begitu juga bagi ayah yang memiliki rasa tanggung jawab yang besar, untuk memperhatikan istrinya dengan apa yang telah dituntun oleh syaria’t.
Tentunya semua ini akan kita dapatkan dengan menggali ilmu yang telah diwarisi oleh panutan para ummat nabi Muhammad SAW.
Ibarat satu bangunan maka orang tua merupakan pondasi dari bangunan itu, maka hendaknya pondasi tersebut dibangun dengan sekokoh mungkin. Untuk mengantisipasi aqidah/aliran-aliran sesat yang menggerogoti bangunan tsb.
Marilah kita tingkatkan rasa kecemburuan kita terhadap agama dengan mendukung semua yang berkaitan dengan ilmu, belajar kepada ulama’, mendengarkan dan mengamalkan apa yang mereka sampaikan, serta cinta kepada mereka agar kita terhindar dari rusaknya aqidah dan iman yang telah dibangun dengan susah payah oleh mereka yang telah mendahului kita.

خُذْ مَا صَفَا وَدَعِ الكََدَرَ
Ambillah yang baik dan tinggalkan apa yang buruk

رَبَّنَا انْفَعْنَا بِِمَا عَلَّمْتَنَا وَعَلِّمْنَا الَّذِيْ يَنْفَعُنَا وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Senin, 07 Juli 2008

HAPUSLAH DOSAMU
Manusia adalah makhluk yang diberi kebebasan oleh Allah untuk memilih di antara dua jalan, kebaikan atau keburukan. Dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas jalan yang telah dipilihnya di hari penghisaban kelak. Namun di sisi lain manusia adalah makhluk yang lemah dalam menghadapi tarikan diantara kedua jalan tersebut sehingga ia berpeluang besar untuk berbuat khilaf dan dosa. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari potensi kebebasan yang diberikan Allah kepada manusia.

Seiring dengan tidak akan lepasnya manusia dari perbuatan salah dan dosa, maka Allah memberikan peluang kepada manusia untuk dapat menghapus dosa yang telah ia perbuat, langkah awal yaitu dengan cara menjauhi apa yang telah menjadi larangan Allah dan Rasulnya, lebih-lebih terhadap dosa besar karena jika manusia dapat menjauhkan diri dari dosa besar maka dosa-dosa kecil akan terhapus ini sesuai dengan firman Alloh dalam surat An-Nisa ayat 31
اِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تَنْهَوْنَ عَنْهُ نَكْفُرُ عَنْكُمْ سَيِّئاَتِكُمْ
“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kalian dilarang mengerjakannya, niscaya, kami hapus kesalahan-kesalahan kalian (dosa-dosa kecil)”

Kata Assayyiat dalam surat An-Nisa diakhir surat tadi, adalah dosa-dosa keci. terkait dengan dosa kecil atau dosa ringan bahkan paling ringan, para ulama memberikan catatan penting, yakni hal itu bukan berarti Alloh memperbolehkan mengerjakan perbuatan tersebut, karena tidak ada istilah dosa kecil yang dilakukan secara terus-menerus dan tidak ada istilah dosa besar yang disertai dengan taubat
Allah telah mengajarkan kita dalam firmannya

إِنَّماَ التَّوْبَةُ عَلىَ اللهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُ الله ُمِنْ قَرِيْبٍ فَأُولئَكَ يَتُوْبُ الله عَلَيْهِمْ, وَكاَنَ الله ُعَلِيْمًا حَكِيْمًا
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan (kebodohan), yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Alloh taubatnya, dan Alloh maha mengetahui lagi maha bijaksana” (An-Nisa:17)
Selanjutnya Allah berfirman dalam kelanjutan ayat tersebut
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيَّئاَتِ حَتىَّ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قاَلَ إِنِّي تُبْتُ الئنَ وَلاَ الَّذِيْنَ يَمُوْتُوْنَ وَهُمْ كُفَّارٌ, أُوْلَئِكَ أَعْتَدْناَ لهََمُْ عَذَابًا أَلِيْمًا
“Dan tidaklah taubat itu diterima dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan sehingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka (barulah) ia mengatakan; sesungguhnya saya bertaubat sekarang, dan tidak (pula diterima) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran, dan bagi orang-orang itu kami sediakan siksa yang pedih”
Dengan demikian hapuslah dosa kecil itu sebelum bertumpuk sehingga menjadi dosa besar. Definisi dosa besar, para ulama berpendapat sebagai berikut; dosa besar adalah suatu perbuatan yang pelakunya diancam oleh Allah akan adzab di akhirat kelak, atau suatu perbuatan yang diancam akan dikenakan hadd (sanksi di dunia), sedangkan suatu perbuatan yang tidak akan dikenakan hadd, maka perbuatan tersebut termasuk dosa kecil yang akan diampuni, selain itu ada juga amalan-amalan yang bisa menghapus dosa di antaranya

1. Menyempurnakan wudlu
Wudlu merupakan karunia Allah yang diberikan kepada hambanya di samping bisa membersihkan sebagian dari anggota badan juga dapat menghapus dosa kecil, sabda Rasululloh
لاَيَسْبَغُ الوُضُوْءَ عَبْدٌ إِلاَّ غَفَرَ الله لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَماَ تَأَخَّرَ
“Tidaklah seorang muslim menyempurnakan wudlunya kecuali Allah akan mengampuni dosanya yang lalu dan yang akan datang”
Dosa-dosa itu akan luntur bersama tetesan air terakhir, di saat membasuh wajah, maka dosa yang dilakukan oleh penglihatan akan luntur bersamaan dengan tetesan air terakhir, demikianlah seterusnya dosa itu akan luntur di saat membasuh anggota wudlu, sehingga bersih sama sekali dari dosa.
Adalah sahabat Bilal yang waktu itu Rasulullah mendengar kresek-kresek sandalnya di Syurga di waktu isra’ mi’raj, Rosululloh bertanya kepada sahabat Bilal setelah isra’ mi’raj; amalan apa yang kamu lakukan sehingga kresek-kresek sandalmu sudah terdengar di syurga? sahabat Bilal menjawab tidak ada amalan yang saya lakukan lebih dari pada itu kecuali saya tidak pernah lepas wudlu setiap wudlu-ku batal dalam arti selalu punya wudlu dalam keadaan apapun. Semua itu karena begitu besarnya pahala wudlu sehingga keresek sandalnya sudah terdengar di syurga, bagaimana tidak, karena setan tidak akan bisa mengganggu orang yang selalu punya wudlu ikhlas karena allah
الوُضُوْءُ سِلاَحُ المْؤُمِنِ
“Wudlu itu senjata bagi orang mukmin”

2. Menjawab adzan dan berdo’a setelahnya
Rasulullah bersabda;
مَنْ قاَلَ حِيْنَ يَسْمَعُ المُؤَذِّنَ: ( أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, رَضِيْتُ بِاللهِ رَباًّ,
وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً, وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا ) غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ
“Barang siapa mengatakan do’a ini ketika mendengar adzan: aku bersaksi bahwa tiada sesembahan kecuali Allah yang esa tiada sekutu baginya dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, aku ridla kepada Allah sebagai sembahanku dan nabi Muhammad utusan Allah, dan islam sebagai agamaku. Maka allah akan menghapus dosanya”

Rasulullah telah memberikan kabar gembira kepada orang yang mengucapkan do’a di atas, bahwa ia berhak mendapatkan syafaat dari beliau pada hari kiamat. Syafaat ini akan diperoleh apabila ia membaca sholawat atas Rasulullah dan meminta kepada Allah agar nabi diberi wasilah.

Dari sini jelaslah bahwa syafaat Rasulullah akan didapat oleh seseorang dengan syarat ia membaca shalawat kepada Rasulullah dan memohon kepada Allah agar nabi diberi wasilah.
Dalam riwayat amru bin ash, ia mendengar Rosulullah bersabda:” jika kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh muaddzin (orang yang adzan) kemudian bacalah shalawat untukku, karena sesungguhnya orang yang membaca shalawat untukku satu kali, Allah akan membalasnya sepuluh kali, kemudian mintalah kepada allah agar aku diberi wasilah, karena sesungguhnya wasilah itu adalah suatu tempat di syurga yang tidak pantas dihuni kecuali oleh satu hamba dari hamba-hamba Allah, dan aku berharap akulah orangnya. Maka barang siapa yang meminta kepada Allah agar Dia (Allah) memberiakan wasilah kepadaku, ia akan mendapkan syafaat.”
Do’a tersebut sebagai berikut.

اَللَّهُمَّ رَبِّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ أَتِ مُحَمَّدًا الوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ, وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدً الَّذِي وَعَدْتَه
Ya Allah, ini adalah panggilan yang sempurna dan shalat yang akan didirikan, berikanlah kepada nabi Muhammad wasilah dan keutamaan. Kirimkanlah kepadanya satu maqom (kedudukan) MAHMUDAH yang telah engkau janjikan “
Dalam hal ini sebagian orang menggabungkan hadist dan do’a setelah adzan menjadi satu

اَللَّهُمَّ رَبِّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ أَتِ مُحَمَّدًا الوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ, وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدً الَّذِي وَعَدْتَه رَضِيْتُ بِاللهِ رَباًّ وَبِالإِسْلاَمِ دِيْناً وَبِمُحَمَّدٍ صَلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَسُوْلًا
Ditambah dengan do’a kepada kedu orang tua dan do’a selamat dunia akhirat. Yaitu
رَبِّ اغْفِرْلِي وَلِوَالِدَيَّ رَبِّ ارْحًمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيْرًا, أَللَّهُمًّ إِناَّ نَسْئَلُكَ العَافِيَةَ فِى الدُّنْياَ وَالاَّخِرَةِ

3. Menunaikan shalat tasbih
Bagi orang-orang yang menunaikan shalat tasbih dosanya akan diampuni oleh Allah baik dosa yang telah lalu maupun yang akan datang, disengaja maupun tidak, besar ataupun kecil dosa itu, bahkan dosa yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan.
Suatu saat Rasulullah pernah bersabda kepada pamannya yang bernama Abbas bin Abdul mutthalib: “ wahai Abbas pamanku, maukah kamu jika aku berikan kepadamu sepuluh perkara yang jika kau melakukannya maka allah akan mengampuni dosamu, baik yang awal atau yang akhir, lama atau yang baru, sengaja atau tidak, kecil atau besar, sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, kesepuluh perkara itu adalah : kamu sholat empat rakaat, pada tiap rakaat bacalah surat Al-fatihah dan satu surat lainnya, dan jika telah selesai di rakaat yang pertama bacalah tasbih dalam keadaan berdiri “subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallahu wallahu akbar” sebanyak lima belas kali, kemudian ruku’lah dan bacalah tasbih sebanyak sepuluh kali kemudian angkatlah kepalamu dari ruku’ dan bacalah tasbih sebanyak sepuluh kali, kemudian tundukkanlah kepalamu untuk sujud dan bacalah tasbih sebanyak sepuluh kali, kemudian angkatlah kepalamu dari sujud dan bacalah bacaan itu (tasbih) sebanyak sepuluh kali (di saat duduk di antara dua sujud) kemudian sujudlah dan bacalah tasbih sepuluh kali kemudian angkatlah kepalamu dari sujud dan bacalah tasbih sepuluh kali.
Semunya adalah tujuh puluh tasbih dalam tiap rakaat, lakukanlah hal itu dalam empat rakaat. Jika kamu mampu melakukannya tiap hari, maka lakukanlah sekali dalam tiap jum’at, jika kamu tidak mampu, maka lakukanlah sebulan sekali, jika kamu tidak mampu lakukanlah sekali dalam tiap tahun, dan jika kamu masih belum mampu maka lakukanlah sekali dalam seumur hidup.”

Secara ekspelisit. Sabda Rasulullah yang berbunyi “maka Allah akan mengampuni dosa-dosamu yang awal atau yang akhir……. kecil atau besar…” ini mengisyaratkan bahwa dosa besar dapat diampuni hanya dengan melakukan shalat tasbih., tidak menutup kemungkinan hal itu dapat terjadi jika shalat tasbih tersebut dikaitkan dengan syarat-syarat taubat lainnya seperti membaca istighfar, menyesali perbuatan yang telah dilakukan dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Tapi semua ini tidak mencakup dengan dosa yang berkaitan dengan hak-hak orang lain, sebab dosa semacam ini tidak akan gugur meskipun telah melakukan perbuatan-perbuatan baik, kecuali meminta maaf terhadap orang lain yang telah disakiti dan didhaliminya. Wallahu a’lam

Rabu, 25 Juni 2008

SAPA DAN BUDIMU MEMPESONA
Pembaca sekalian…….. kebaikan yang kita perbuat, tidak akan meleset dari beberapa akibat, kalau tidak dapat pahala ya nama kita jadi harum atau minimal orang yang kita bantu, orang yang kita perlakukan dengan baik merasa terbantu, merasa diringankan bebannya atau paling tidak merasa diperhatikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ABUYA MUHAMMAD ALAWI AL MALIKI di bawah ini yang kami terjemahkan secara bebas dari kitab beliau, Kasyful Ghummah. Semoga kita bisa mengambil manfaat dan barokah dari beliau, Selamat menikmati segarnya minuman ilmu darinya…..

Telaah Abuya

Berbuat baik ada 2 fariasi : ada yang berupa ucapan dan ada yang berupa amalan. Kebaikan yang berupa ucapan misalnya : berbicara yang baik dengan wajah yang berseri–seri, saling mencintai melalui bagusnya perkataan, mendorong orang lain untuk berbudi pekerti luhur dan berwatak halus tanpa harus berlebih-lebihan yang berimbas kita jadi lembek dan dikecam, sedangkan kalau kita Proporsional (tengah– tengah) dan sederhana maka hasil yang didapat adalah kebaikan yang patut dipuji, kalimat bijak mengatakan :

“Barang siapa yang sedikit pemberianya maka sedikit pula Kekasihnya”

Sedangkan berbuat baik dengan amal / tindakan bisa direalisasikan dengan menggunakan kedudukan (yang ia miliki) untuk membantu meringankan orang lain, baik dengan tenaga atau dengan bantuan materi kepada korban bencana alam, mendorong orang lain untuk cinta kepada kebagusan dan mendahulukan apa yang menjadi kemaslahatan bagi mereka dan untuk perkara ini tidak ada yang namanya berlebih-lebihan dan tidak ada yang namanya puncak batasan, karena kalaupun begitu banyak perbuatan baik yang kita kerjakan toh akan menghasilkan 2 manfaat :
1) Manfaat yang kembali kepada pelakunya berupa memperoleh pahala dan bagusnya nama baik (nama yang harum) 2) Manfaat yang kembali kepada orang yang kita perlakukan dengan baik yang merasa mendapat keringanan dan bantuan.

Syarat-Syarat Melakukan Amal Kebaikan

Untuk melakukan amal baik perlu syarat-syarat yang tanpanya maka terasa kurang lengkap dan kurang sempurna.
1. Jika selesai melakukan amal baik maka hendaknya berusaha untuk merahasiakan dan menutupinya agar tidak disebar-sebarkan. Sebagian ahli hikmah berkata : “Jika kamu berbuat baik maka tutupilah tetapi jika kamu dibikin bagus oleh seseorang maka sebarkanlah karena sesungguhnya watak seseorang itu cenderung menampakkan apa-apa yang disamarkan dan suka membongkar apa-apa yang disembunyikan.”

2. Jika kamu melihat apa yang kamu perbuat itu hal yang besar, maka anggaplah hal itu kecil atau jika yang kamu perbuat itu banyak maka anggaplah sedikit supaya dirimu tidak terjerumus ke lubang kehinaan, sombong atau kufur akan ni’mat. Sayidina Abbas berkata (paman rosulullah) : “ tidak sempurna amal baik kecuali dengan 3 perkara; menyegerakannya, menganggap kecil apa yang sudah kita perbuat dan menutupinya / merahasiakannya “.

3. Menjauhkan diri dari mengungkit-ngungkit dan besar kepala karena telah berhasil melakukan sesuatu, sebab hal itu bisa menghilangkan rasa syukur dan menghapus pahala yang sudah dipersiapkan.

4. Tidak meremehkan sesuatu yang sangat sedikit sekali jika kebetulan kita lemah untuk melakukan sesuatu yang banyak atau besar.

Pada poin ini, kiranya perlu kami ceritakan sedikit, bahwa memang kita tidak usah meremehkan perkara yang sedikit, kita tidak usah malu memberi barang yang sedikit, barang yang bernilai kecil semisal seharga 1000 rupiah atau bahkan 500 rupiah sekalipun, dan kita nggak usah gengsi apalagi meremehkan pemberian hadiah yang sedikit atau murah dari orang lain. Sebagaimana yang dicontohkan Abuya Sayyid Muhammad Al maliki sendiri, beliau pernah mendapat hadiah sekotak kecil yang berisi beberapa lembar daun Mint (Ni’na’) atau bebrapa butir kurma, apa reaksi beliau ? beliau gembira sekali dan menempelkan hadiah tersebut di dahinya sebagai tanda hormat dan syukur beliau akan pemberian hadiah tersebut. Beliau sendiri pernah memberikan hadiah beberapa lembar daun mint atau beberapa butir kurma kepada salah satu murid beliau yang berada di Indonesia, mungkin kalau kita (orang jawa) berpikiran “ra nduleni” tapi yang benar ya apa yang dicontohkan oleh Abuya di atas. Jangan meremehkan sesuatu yang baik meskipun hanya sedikit. Wallahu a’lam bisshowaab



Keutamaan Amal Baik Itu Didapat Oleh Orang Yang Mengerjakan Dan Orang Yang Menunjukkan

Diriwayatkan oleh sahabat ibnu Mas’ud, uqbah bin Amr Al-Anshory Al-badry rodliallohu anhu, beliau berkata : Rosulullah bersabda (yang artinya) : “Barang siapa menunjukkan suatu amal bagus maka dia mendapat pahala sebagaimana orang yang berbuat bagus itu sendiri”.

Dari (sahabat ) Abu Huroiroh RA, sesungguhnya Rosulullah shollallohu alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : “barang siapa yang mengajak kepada amal sholeh maka baginya pahala, seperti pahalanya orang yang mengikut ajakannya tersebut dan hal itu tidak mengurangi sedikitpun pahala orang yang mengikut (sebaliknya) barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosanya orang yang mengikutinya dan hal itu tidak mengurangi dosanya orang-orang yang mengikut.


Melakukan Amal Baik Mencegah Kejelekan Dan Malapetaka

Diriwayatkan dari sahabat Anas Rodliallahu anhu, beliau berkata : Rosulullah bersabda (yang artinya) : “Orang-orang yang berbuat baik tercegah dari mati yang mengenaskan, malapetaka dan marabahaya, orang yang ahli melakukan kebagusan di dunia, mereka kelak menjadi orang yang ahli melakukan kebagusan di akhirat.”

Diriwayatkan dari Sohabiah Ummi Salamah Rodliallahu anha … beliau berkata : Rosulullah Shollahu alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “orang-orang yang berbuat baik tercegah dari mati yang mengenaskan, shodaqoh secara samar itu bisa menjauhkan diri dari amarahnya Allah dan silaturrohim itu menambah keberkahan umur, setiap amal bagus itu dihitung sebagai shodaqoh, orang yang ahli berbuat baik di dunia niscaya kelak di akhirat ia adalah orang yang ahli berbuat baik juga sebaliknya ahli mungkar di dunia, kelak di akhirat dia adalah ahli mungkar, pertama orang yang masuk syurga adalah orang yang gemar melakukan kebagusan.” (A-m

Sabtu, 14 Juni 2008