Minggu, 27 Juli 2008

TIDAK MENGERTI MAKA TAK SAYANG

Sesungguhnya perbedaan antara maqom Kholiq (Allah) dan makhluk (selain Allah) adalah batas yang memisah antara kekufuran dan keimanan dan kita beri’tikad, sesungguhnya orang yang mencampur adukkan antara 2 maqom maka ia benar-benar kufur, wal iyaadzu billah.

Dan tiap-tiap maqom memiliki haq-haq khusus,

tetapi di sini ada beberapa perkara yang mana perkara itu tersebut di bab ini.
Terkhusus perkara yang berhubungan dengan kanjeng nabi Muhammad dan kekhususan beliau yang membedakan dengan manusia lain, juga keluhuran beliau di atas yang lain. Perkara ini kadang-kadang membikin bimbang sebagian manusia dikarenakan pendeknya akal, lemahnya pikiran, sempitnya pandangan serta jeleknya pandangan mereka. Maka mereka pun cepat-cepat menghukumi kufur terhadap orang yang mengistimewakan dan meluhurkan nabi Muhammad. Mereka menghukumi orang tersebut telah keluar dari islam karena menduga orang itu telah mencampur adukkan antara maqom kholiq (Allah) dengan maqom makhluk, mreka beranggapan orang itu telah mengangkat maqom nabi ke maqom ketuhanan. Kita cuci tangan kepada Allah yang maha suci atas hal itu.
Sesungguhnya kita, atas anugerah Allah ta’ala diberi mengerti perkara-perkara yang wajib bagi Allah ta’ala serta perkara yang wajib bagi Rosulullah dan kita mengerti perkara yang murni haqnya Allah dan perkara yang murni haqnya Rosulullah dengan tanpa melewati batas dan tidak memuji sampai batas mensifatinya dengan sifat-sifat khusus Rububiyyah dan uluhiyyah (sifat ketuhanan) di dalam olehnya mencegah sesuatu, memberi sesuatu, memberi manfaat dan bahaya secara merdeka (tanpa idzin/bantuan dari Allah) memiliki kekuasaan yang sempurna, keadaan yang mencakup, penciptaan, kekuasaan, pengatur serta tunggal dalam kesempurnaan dan keagungan, suci, dan satu-satunya yang disembah dengan berabagi macam keadaan dan tingkatan ibadah.
Adapun pol (dengan syarat tanpa melewati batas di atas, pen) dalam mencintai Rosulullah, taat dan berikatan dengan beliau, dalam hal ini (bahkan) disenangi dan dituntut, sebagaimana yang tersebut di dalam hadits “Janganlah kamu memujiku sebagaimana orang-orang Nasrani memuji ibnu Maryam (Nabi Isa).
Ma’na hadits di atas, sesungguhnya memuji dan pol dalam menyanjung kepada Rosulullah adalah terpuji, asalkan dengan selain sifat di atas (menganggap sebagai Tuhan atau bersifatkan sifat yang khusus bagi Tuhan). Seandainya ma’nanya hadits tidak begitu, maka arti dari hadits di atas adalah tidak boleh memuji dan menyanjung beliau sama sekali dan maklum, bahwa paling bodoh-bodohnya orang bodah di antara kaum muslimin pun tidak akan berkata seperti ini (tidak boleh memuji Rosulullah sama sekali). Sesungguhnya Allah ta’ala mengagungkan nabi Muhammad di dalam Al-Alqur’an dengan tingginya berbagai macam pengagungan, maka wajib bagi kita mengagungkan seseorang yang telah diagungkan oleh Allah ta’ala dan memerintah untuk mngagungkan beliau, tetapi wajib bagi kita untuk tidak mensifatinya dengan sifat Rububiyyah (sifat ketuhanan).
Semoga Allah merohmati Imam Bushiri yang berkata :
“Tinggalkan apa yang telah diakui oleh orang Nasrani terhadap Nabinya dan pujilah Nabi Muhammad dengan pujian apa saja,” (selama tidak menganggap sebagai Tuhan, pen). Maka mengagungkan beliau selain dengan sifat Rububiyyah (khusus Tuhan) bukan termasuk kekufuran atau syirik bahkan perbuatan semacam itu termasuk paling agung-agungnya ta’at dan ibadah.
Begitu juga tiap-tiap orang yang diagungkan oleh Allah (wajib kita agungkan, pen) seperti para Nabi, para Rosul, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah bagi mereka semua, seperti juga para malaikat, siddiqin, syuhada’, orang-orang sholih. Allah berfirman yang artinya : “Demikianlah (perintah Allah) dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati” (QS Al-Hijr ayat 32)
““Demikianlah (perintah Allah) dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya.”
Begitu juga Ka’bah yang diagungkan, Hajar Aswad, Maqom Ibrohim alaihis salam, sesungguhnya barang tersebut hanyalah batu-batu dan kita diperintah oleh Allah untuk menghoramatinya dengan thowaf mengelilingi Ka’bah, menyentuh rukun Yamani, mencium Hajar Aswad, sholat di belakang maqom Ibrahim, wuquf untuk do’a di Mustajar, do’a di pintu Ka’bah dan Multazam dan kita semua masing-masing tidak menyembah kecuali kepada Allah, dan kita tidak beri’tikad adanya pengaruh, manfaat, bahaya selain dari Allah, maka tidak ada sesuatu/seseorang pun yang memiliki perkara di atas kecuali hal itu dari Allah. Wallahu a’lam bisshowab

Refreshing
KALAH CEPAT

Suatu hari Rosulullah bercerita di hadapan sahabat-sahabatnya bahwa beliau ditampilkan oleh Allah para nabi terdahulu beserta pengikut-pengikutnya dan umatnya, Rosulullah pun bertanya : “Ya Allah umatku mana?”
dan dijawab
“Lihatlah kananmu !” Rosulullah pun melihat ke arah kanan, tiba-tiba sekumpulan wajah manusia telah memenuhi bukit-bukit, Rosulullah pun bertanya :
“Ya Allah, siapa orang-orang itu?” “Umatmu, apakah kamu puas?”
“Ya”
“(Sekarang) lihat sebelah kirimu!” Rosulullah pun melihat ke arah kiri, tiba-tiba bukit telah terpenuhi oleh wajah-wajah manusia
“Ya Allah, siapakah orang-orang itu?” “Umatmu, apakah kamu puas?”
“Iya, ya Allah, saya benar-benar puas” “Sesungguhnya di antara orang-orang itu ada tujuh puluh ribu orang yang masuk syurga tanpa hisab”.
Dengan secepat kilat sahabat Ukasyah yang mendengar cerita Rosulullah tersebut menyahut,
“Ya Rosulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikan aku termasuk dari mereka”, Rosulullah pun berdo’a : “Ya Allah jadikanlah dia (Ukasyah) termasuk dari mereka”, secepat kilat pula seorang sahabat yang lain pun berkata :
“Ya Rosulullah, berdo’alah kepada Allah agar menjadikan aku termasuk dari mereka” Rosulullah pun bersabda “Ukasyah telah mendahuluimu

Tidak ada komentar: