Rabu, 09 Juli 2008

BAROKAH
Banyak orang yang salah memahami Hakikat/sejatinya Tabarruk ( Ngalap Berkah: Bhs Jawa) lewat kanjeng Nabi Muhammad SAW, peninggalannya, keluarganya, dan ahli warisnya (para ulama’, para wali Rodliyallohu anhum) dan mereka mensifati orang yang melakukan “Tabarrukan” dengan hukum syirik, sesat, begitulah kebiasaan mereka terhadap hal-hal yang mereka anggap baru, cara pandang mereka sempit, nalar dan pikiran mereka begitu pendek.
Sebelum kami menerangkan dalil –dalil dan syahid –syahid yang memperbolehkan “Tabarrukan” (Ngalap Barokah) -tidak hanya boleh bahkan hal
itu di syariatkan-, seyogyanyakita mengerti dulu bahwa tabarrukan itu
tidak lain hanya untuk mendekat / beribadah kepada Alloh lewat perantaraan sesuatu /orang yang kita cari barokahnya baik itu berupa peninggalan, tempat atau seseorang.
Adapun kita tabarrukan kepada seseorang adalah karena kita beri’tikad bahwa beliau itu orang yang dekat dengan Alloh, plus kita beri’tiqod bahwa dia itu Apes/tidak bisa mendatangkan kebaikan dan tidak bisa menolak kejelekan kecuali atas izin Alloh.
Sedangkan kalau kita tabarukan dengan peninggalan (Kanjeng Nabi, Para wali, orang –orang sholeh) karena peninggalan orang-orang tersebut jadi mulia ,jadi terhormat, jadi agung sebab disandarkan pada pemiliknya
Sedangkan kalau tempat ( aslinya semua itu sama ) tidak ada kelebihan satu dengan yang lain dilihat dari sejatinya namun yang menjadikan tempat itu jadi mulia adalah karena tempat itu dadalamnya diisi oleh kebaikan &kebajikan seperti sholat, puasa, dan berbagai macam ibadah yang lain , juga karena yang berada di tempat itu adalah hamba Allah yang sholih (maka tempat itu jadi mulia) karena di situlah turun berbagai rohmat, dihadiri banyak malaikat dan tempat itu diliputi sakinah (ketenangan). Inilah yang dinamakan barokah yang mana barokah itu kita minta dari Allah lewat tempat-tempat yang kita tuju tadi. Inilah barokah yang kita cari dari tempat-tempat itu dengan cara bermuwajahah (menghadap) kepada Allah, berdoa, beristighfar kepadanya dan mengingat kejadian besar dan mulia yang pernah terjadi di tempat itu yang bisa menggerakkan jiwa, membangkitkan cita-cita dan semangat sebagaimana orang-orang yang menempati tempat itu dulu yaitu orang-orng yang beruntung dan orang-orang yang sholih.

Simaklah Nash-nash (dalil-dalil) yang mengalir dari risalah kami yang khusus membahas tentang Barokah di bawah ini

Tabarruk Dengan Rambutnya Rosulullah

Diriwayatkan dari Ja’far bin Abdillah bin Hakam : dalam perang yarmuk (sahabat) Kholid bin Walid benar-benar kehilangan songkok (peci), (sahabat) Kholid bin Walid pun memerintahkan : “cari peci itu !” naming tentara (sahabat) Kholid bin Walid belum juga menemukannnya, (sahabat) Kholid bin Walid pun memrintahkan (sekali lagi) : “cari peci itu!” dan akhirnya peci itu berhasil ditemukan, ternyata peci itu adalah peci yang sudah lawas (tidak baru), (sahabat) Kholid bin Walid pun bercerita (kenapa beliau sampai menyuruh mencari peci usang itu sampai ketemu).
“(Ketika itu) Rosulullah sedang umroh kemudian beliau mencukur rambutnya, para sahabat pun berebutan untuk mengambil rambut bagian samping, sedang saya berhasil mendapatkan rambut bagian depan (ubun-ubun) yang saya letakkan di peci ini, maka saya tidak terjun dalam medan perang (dengan memakai peci yang ada rambutnya Rosulullah) kecuali saya diberi kemenangan.

Alhaitsami berkata : “hadits ini diriwayatkan oleh imam At-tobroni dan abu Ya’la (yang meriwayatkan serupa) dan rowi-rowinya kedua orang ini adalah rowi-rowi shohih.

Tabarruk Dengan Ludahnya Rosulullah

Diriwayatkan dari Malik bin Hamzah bin Abi Usaid As-sa’idy Al-khozroji yang meriwayatkan dari ayahnya dan ayahnya meriwayatkan dari ayahnya lagi (Kakeknya Malik bin Hamzah yakni Abi Usaid), beliau (Abi Usaid) memiliki sumur di Madinah yang diberi nama sumur Bidho’ah yang mana nabi Muhammad telah meludah dalam sumur tersebut. Beliau (Abi Usaid) meminum air sumur tersebut dan mnemandang sebagai tanda baik/mengambil barokah lewat sumur tersebut.

Tabarruk dengan Dahak Rosulullah dan Bekas air Wudlu’ beliau

Imam Bukhori berkata dengan sanad-sanadnya : Sesungguhnya Urwah telah menatap dengan mata kepalanya sendiri bagaimana keadaan sahabat nabi Sholla demi Allah Rosulullah tidak berdahak kecuali dahak tersebut jatuh di tangan salah satu dari mereka (sahabat) kemudian mereka pun menggosok-gosokkan dahak tersebut ke wajah mereka dan kulit-kulit mereka. Apabila mereka diperintah maka mereka langsung bergegas cepat melaksanakan perintah (Rosulullah) tersebut, apabila Rosulullah berwudlu’ mereka pun berebutan mengambil bekas air wudlu’ tersebut, apabila mereka berkata kepada Rosulullah, mereka memelankan suara, mereka sama sekali tidak berani memandang tajam kepada beliau karena olehnya mengagungkan beliau.

Urwah pun kembali ke bolo-bolonya dan berkataa (lantang), wahai kaum (kalian semua), demi Allah saya pernah jadi delegasi (utusan) ke raja-raja, saya pernah jadi delegasi ke raja Qoishor, Kisroh dan Najasi, demi Allah saya tidak pernah melihat sama sekali seorang bawahan menghormati rajanya sebagaimana hormatnya sahabat nabi Muhammad kepada Nabinya, Sholla demi Allah Rosulullah tidak berdahak kecuali dahak tersebut jatuh di tangan salah satu dari mereka (sahabat) kemudian mereka pun menggosok-gosokkan dahak tersebut ke wajah mereka dan kulit-kulit mereka. Apabila mereka diperintah maka mereka langsung bergegas cepat melaksanakan perintah (Rosulullah) tersebut, apabila Rosulullah berwudlu’ mereka pun berebutan mengambil bekas air wudlu’ tersebut, apabila mereka berkata kepada Rosulullah, mereka memelankan suara, mereka sama sekali tidak berani memandang tajam kepada beliau karena olehnya mengagungkan beliau.

Hadits ini diriwayatkan oleh (Imam) Bukhori dalam kitabus shurut fil jihad (Fathul bari 5/330).

Kita pun Wajib Belajar
Oleh : Habib Baqir Bin Yahya Al-Kaff

Di zaman yang kerusakan aqidah sulit untuk dibendung ini, kita mendapatkan generasi yang sudah mulai mudah dirongrong oleh keyakinan–keyakinan perusak aqidah yang telah diperjuangkan oleh ajaran salafussholih.
Dari sini kita perlu meneruskan apa yang telah diterapkan oleh salaf kita yang soleh, dengan cara membentengi diri kita terlebih dahulu. Tentunya cara pembentengan yang paling efektif di zaman ini adalah belajar ilmu agama yang menyelamatkan dari siksa api neraka, sebagaimana yang telah ketahui :
طََلََبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.

Namun kita juga sering mendengar gumaman orang muslim : “alaa…. belajar itu kewajiban anak – anak kita, adapun kita yang sudah tua ini, berdo’a sajalah : “mudah – mudahan mereka menjadi anak yang sholeh. sungguh perkataan ini tidak pantas terdengar dari seorang yang mengaku iman kepada Allah dan rosulnya.
Menuntut ilmu itu tidak memiliki batasan waktu karena agama islam ini luasnya melebihi lautan samudra.
اُُطْلُبوْا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ
Tuntutlah ilmu dari kau masih di timang sampai kau berada di tiang lahat !.
Anak –anak itu Merupakan tanggung jawab kita bersama. Tidak Cuma sekedar memasukkan mereka ke dalam sekolah kemudian mengabaikannya, karena ketika mereka pulang maka ayah dan ibunya lah yang menjadi sekolah baginya, meskipun tanpa ada kurikulum yang diberikan oleh orang tua.
Maka sungguh telah benar perkataan :(الأُمُّ مَدْرَسَةُ الأُوْلَى) ibu merupakan sekolah yang pertama. Maka perlu bagi sang ibu yang baik untuk membekali dirinya agar menjadi panutan yang terbaik bagi sang anak, begitu juga bagi ayah yang memiliki rasa tanggung jawab yang besar, untuk memperhatikan istrinya dengan apa yang telah dituntun oleh syaria’t.
Tentunya semua ini akan kita dapatkan dengan menggali ilmu yang telah diwarisi oleh panutan para ummat nabi Muhammad SAW.
Ibarat satu bangunan maka orang tua merupakan pondasi dari bangunan itu, maka hendaknya pondasi tersebut dibangun dengan sekokoh mungkin. Untuk mengantisipasi aqidah/aliran-aliran sesat yang menggerogoti bangunan tsb.
Marilah kita tingkatkan rasa kecemburuan kita terhadap agama dengan mendukung semua yang berkaitan dengan ilmu, belajar kepada ulama’, mendengarkan dan mengamalkan apa yang mereka sampaikan, serta cinta kepada mereka agar kita terhindar dari rusaknya aqidah dan iman yang telah dibangun dengan susah payah oleh mereka yang telah mendahului kita.

خُذْ مَا صَفَا وَدَعِ الكََدَرَ
Ambillah yang baik dan tinggalkan apa yang buruk

رَبَّنَا انْفَعْنَا بِِمَا عَلَّمْتَنَا وَعَلِّمْنَا الَّذِيْ يَنْفَعُنَا وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Tidak ada komentar: